Sore itu, 13 November 2006, di depan SMP ku, sepulang sekolah aku dan temanku, Zian, pergi makan bersama di sebuah warung yang kalau nggak salah namanya warung “ Mama Mia”. Warung tersebut terletak tidak jauh dari SMP ku. Saat itu sebenarnya nggak ada niatan kami buat makan bareng, hanya saja karena aku nunggu dijemput ayahku, jadi Zian nawarin makan bareng selama nunggu aku dijemput ayahku.
Pas udah hampir selesai makan, tiba-tiba Zian kebelet ke KM (kamar mandi), aku ikutan bingung karena di warung tersebut nggak nyediain KM! Akhirnya solusi satu-satunya saat itu kembali ke KM sekolah. Untung aja tuh warung deket sekolah, kalau jauh mah aku juga kagak mau… hhaha. Akhirnya aku sama Zian balik ke sekolah. Saat menuju sekolah aku bertemu Citra (teman sekelasku) yang juga nunggu di jemput ayahnya. Daripada boring, akhirnya Citra ikut aku dan Zian ke sekolah.
Sampai sekolah aku sama Citra nunggu Zian yang lagi ke KM di depan kelas 9E di deket KM tersebut. Nah waktu itu aku liat kakak kelas cowok lagi maen motor gitu, ngguaya banget, sok cool!! Pas aku liat waktu itu aku sempet ilfil juga!! Masak di sekolah trek-trekan motor sih?! Ngegas kuenceng gitu.Aku yang lagi ngobrol sama Citra begitu liat aksi si kakak langsung aja nggosipin dia.
“peh… kakak kelas kok sok cool banget! kurang kerjaan!”
“itu kakaknya Dina loh!!”
“apa??? Dina teman sekelas kita kah??”
“iya Icha”
“hah? Masak sih? bener-bener nggak mirip tau! Masak iya Dina itu kan kecil (hhehe), sedangkan si kakak kan tinggi (banget malah bila dibandingin Dina :p)!”
“tapi Dina sendiri yang cerita padaku kalau si kakak kakak sepupunya!”
Belum selesai perbincanganku dengan Citra, Zian datang. Dia sudah selesai dengan urusannya di KM. kemudian kami bertiga bergegas cabut dari sekolah. Sepanjang jalan kami nerusin ngobrol tentang si kakak. Secara gitu aksinya tadi bikin ilfil gue. Lagian aku juga masih keheranan kalau dia itu kakak sepupu teman sekelasku.
Nah tibalah di halte jemputan!(hhaha) Jangan buru-buru berpikir halte bus pada umumnya lho yah, karena itu halte bukan halte sembarangan. Aku pikir tempat itu cocok banget disebut halte gara-gara selalu dijadikan tempat nunggu jemputan oleh siswa-siswi di sekolahku baik jemputan angkutan umum maupun jemputan pribadi. Bahkan untuk manggil jemputan pula. (Hhehe) Yupz, tempat itu sebuah wartel (warung telekomunikasi) Elit kan?! ckckck
Masih pada posisi nggak PW banget. Menunggu itu menyebalkan. Apalagi nunggu jemputan buat pulang!>.<
Nah dari posisi nggak PW itu, dari kejahuan aku melihat si kakak masih dengan aksinya yang sok keren. So, saat si kakak lewat, dengan sengaja aku menyindirnya. Aku mengungkit soal si Dina. Dengan cuek dan pura-pura nggak tahu malu, aku berbicara lantang,
“ehm, Dina mana ya?? Dah pulang belum ya?? Dia udah dijemput belum ya??”
Si kakak yang lagi nyetir motor tiba-tiba menoleh ke arahku. Sreeet…
Dan tiba-tiba…“PRAAAK!!” Sebuah kaca spion sepeda motor pecah. Semua mata langsung tertuju pada sumber suara tersebut. Termasuk aku, Zian dan Citra. Yupz, spion motor yang pecah itu spion motornya si kakak! Aku langsung saja melihat ekspresi si kakak. Dalam hati sih sempat ngejek dia. “sukurin lu, makanya jangan aneh-aneh. Jangan sok keren deh!” batinku. Eh tiba-tiba itu orang juga menatapku dengan tatapan sinis, seingatku.
“lhoh Chaa, spion motornya si kakak pecah tuh! Pasti dia nggak konsen waktu nyetir gara-gara kamu nyindir-nyindir soal si Dina!” kata Zian dan Citra
“masak sih? Itu salahku ya?”
“he’eh… hayyo Icha….??!!”
“trus gimana dong? apa aku harus minta maaf dan mengganti kaca spion si kakak yang pecah itu??”
Dan bla bla bla… percakapan tentang rasa bersalahku. (lhoh kok aku yang awalnya cuek banget sama si kakak kok jadi ngrasa bersalah gitu ya?! Tapi itulah aku pada posisi setengah terpojokkan, nurut aja testimoninya orang).
Belum selesai percakapanku, ayahku tiba-tiba datang. Aku langsung pamitan pulang pada Zian dan Citra. Seolah tidak terjadi suatu hal apapun. Tapi sebenarnya di perjalanan pulang, aku gelisah banget. Semaleman aku kepikiran si kakak melulu. Aku ngrasa bersalah banget atas kejadian “Pecahnya Spion Motor Si kakak”. Meskipun sebenarnya dalam hati, aku juga bingung itu salahku bukan ya? Atau itu memang hanya karena keteledoran si kakak? Tapi tetep aja, yang bikin aku ngrasa bersalah itu juga karena tatapan mata si kakak yang sinis setelah spionnya pecah.
Hari itu juga aku nyari cara buat minta maaf ke si kakak. Fist step, aku telpon Dina untuk minta nomor hape si kakak, tapi hasinya nihil. Keesokan harinya aku memberanikan diri bertanya pada teman sekelas si kakak. Tapi hasilnya juga masih tetap nol besar! Hal itu berlangsung selama lima hari!! (hhaha) Parah banget ya lima hari cuma untuk minta maaf aja sulit banget! Sudah seperti orang penting aja dia, kayak-kayak susah banget ditemuinnya! Tapi ya dulu faktanya itu!
Lima hari kemudian, sampailah pada hari jumat 17 November 2006, masih pada minggu tersebut. Aku lihat si kakak sedang sibuk dengan aktivitas kepramukaannya di depan sanggar. Aku ingin sekali memberanikan diri mendatanginya dan mengucapkan maaf padanya. Tapi sayang, keberanianku hanya sebesar biji jagung! I’m so scared jika harus berbicara pada kakak kelas. Selain canggung, nggak kenal pula! Tapi kemudian Dina dan Citra mendatangiku,
“Cha, cepet minta maaf pada si kakak sana! Atau kalau nggak mau minta maaf di depan umum, segera aja minta nomor hapenya. Biar kamu juga bisa cepat SMS untuk minta maaf ke dia . tuh mumpung orangnya ada di depan sanggar!!” tawar Citra dan Dina.
“emmm, nggak deh, nggak berani aku!”
“sudahlah nggak apa-apa, lagi pula niatmu itu kan baik, untuk minta maaf atas kejadian hari Senin lalu. Daripada ngrasa bersalah terus… hayooo??!”
“nggak ah, aku nggak kenal sama dia. Takut juga sih, masahnya bicara sama kakak kelas gitu. Atau kalian saja yang mintakan ke orangnya, aku gak ikutan!”
“kamu ini, mau ngrasa bersalah terus ya?? Ya sudah kalau begitu, tunggu di sini aja deh!”
Kemudian Dina dan Citra bergegas menemui si kakak. Ya ampun! sebenarnya aku pikir mereka nggak akan senekat itu berani menemui si kakak, kan tadi awalnya aku cuma bercanda saat mereka berniat menemui si kakak. Aku hanya ingin menguji nyali mereka ngomong sama kakak kelas (juuh, emang ujian ya :p). Kan notabenenya adek kelas takut ngomong sama kakak kelas, seperti halnya aku ini. Maklumlah aku kan waktu itu masih termasuk siswi baru. Masih duduk di kelas 1 SMP pula, tentu sifat kekanak-kanakkan ku yang penakut pada orang dewasa masih kental mewarnai keseharianku. (hhehe)
Sesaat setelah itu, Citra dan Dina kembali menemuiku, mereka mengatakan si kakak menyuruhku memberikan nomor hapeku padanya (Lhoh? kebalik ya?!emang gitu). Ya katanya si kakak, dia aja yang sms aku duluan. Wah… SALAH PAHAM (hhaha) Kan aku yang mau minta nomornya buat minta maaf, nah ini kok malah si kakak yang minta nomer hapeku? Untuk apa coba?!
Hah, akhirnya tanpa pikir panjang aku kasih nomer hapeku ke Dina dan Citra buat dikasih pada si kakak. Ya tujuanku sih dengan itu nanti kalau si kakak SMS aku, terus aku tahu nomor hapenya kan aku bisa minta maaf. Yupz simple banget, tujuanku cuma mau minta maaf.
Keesokan harinya saat jam pelajaran berlangsung. Sekitar pukul 9 pagi. Hapeku yang ada ditas bergetar. Sebuah sms baru duduk di layar inbox ku.
“assalamualaikum, dek sory banget kalau aku ganggu dirimu yang lagi pelajaran. Kemaren Dina bilang padaku kamu minta nomor hapeku ya? Ini nomorku, tapi jangan bilang siapa-siapa, memang kenapa kok kamu Tanya nomor hapeku segala? O… kamu ngefans sama aku ya? sory kalau aku terlalu PD! Eh aku Tanya, tolong jawab dengan jujur! Kelas kamu apa? Nama lengkapmu siapa?usia berapa? Tujuan kamu ngenal aku? jangan bohong ya, karena aku suka anak cewek yang jujur. OK!” (tertanggal 18 November 2006 pada pukul 08:42:32)
Wew!! Tebak tuh siapa yang sms?? Yupz, you’re right! SMS dari si kakak. Liat deh tuh kata-kata SMS nya, lebay banget gitu. Ke PD an pula! Emang sih aku yang mau minta nomer hapenya, tapi kan untuk minta maaf doang. Nggak perlu Tanya-tanya identitas lengkap juga. Tanya usia pula! Kayak gitu jadinya siapa coba yang mau kenalan? Dia kan?! Hmm saking gemesnya, SMS itu aku baca berulang kali. Berdebar-debar juga sih saat membacanya. Secara ini pertama kalinya dapat SMS dari kakak kelas men! Kakak kelas cowok pula. Nggak nyangka. Apalagi isi SMSnya terkesan banget si kakak mau ngajak aku kenalan! Bukan hanya menurutiku meminta nomor hapenya. Hhaha. Eh yang lebih serunya lagi, SMS tersebut nggak langsung aku balas, soalnya pulsa gue tersisa nol rupiah men! (ckckc)
Nah, sejak SMS itu terkirim padaku, dimulailah hari-hariku dengan SMSan ria bersama si kakak. Waktu itu, aku termasuk siswi yang minder yah (mungkin sekarang sifatku itu juga masih ada) jadi aku grogi banget pas ketemu si kakak langsung. Padahal udah akrab banget kalau ngobrol di layar SMS. Tapi begitu ketemu, kayang dua insane yang nggak pernah kenal. Seperti langit dan bumi. Diam seribu bahasa dan amat sangat kekanak-kanakkan. Jadi, daripada salting saat bertemu, aku lebih memilih menghindar dari si kakak setiap kali bertemu. (hhaha, garing banget ya gue!!:p)
Makin lama makin deket hubunganku sama si kakak. Sering SMSan. Dan tanpa disadari perasaan cinta itupun tumbuh sedikit demi sedikit di hatiku. Bersemi… membawaku ke dunia yang berbeda. Dunia yang sebelumnya belum pernah aku singgahi. Inilah dunia cinta. Aneh juga sih kejadiannya, tapi ya memang begitulah. Aku juga menyadari memang sedari awal saat aku nyindir dia soal si Dina (insiden spion pecah), sebenarnya rasa cinta itu sudah menggema dalam dada. Hanya saja aku berusaha menghindarinya. Karena ini merupakan CINTA PERTAMA! Ya agak bingunglah mengerti isyarat jiwa! hhoho.
Eh tapi guys, tau nggak, dua tahun kemudian setelah insiden spion pecah, ternyata kejadian tersebut bukan salahku! Dari cerita yang aku dengar, spion itu pecah karena kesalahan orang lain. Si kakak juga Cuma membersihkan sisa-sisa pecahan kaca spionnya. Ya intinya kejadian itu memang sebuah kesalahpahaman yang justru berakhir baik pada versiku. Coba bayangin aja kalau spion motor itu nggak pecah dan aku nggak ngrasa bersalah, mungkin sampai sekarang aku masih negative thinking sama si kakak kali ya?! Dan dia bukan orang yang tepat jadi cinta pertamaku. Hhaha. Trus arti lirikan sinisnya pada insiden itu apa? I don’t know till now! Hhehe
*****
Nah guys, itu tadi cerita cinta pertama gue! BERAWAL DARI KESALAHPAHAMAN, BERLANJUT MENJADI KISAH PERCINTAAN. Nggak nyangka juga aku kalau inget hal itu. Kan awalnya aku benci banget sama gaya si kakak yang sok cool itu, tapi pada akhirnya aku suuuka banget sama gayanya itu. Ya dimata seseorang yang mencintai orang lain kan semua hal yang dilakukannya “is the best” gituh. Meskipun itu hal jelek sekalipun kan ya?!… hhaha. Konyol juga sih. Dan yang lebih mengherankan, cinta pertamaku itu berlanjut hingga 4 tahun ke depan. Yupz tahun ini, pada tanggal ini pula 13 November 2010, tepat 4 tahun dari hari insiden itu berlangsung.
Bener-bener si si kakak menyita perhatianku selama kurang lebih 3,5 tahun dari 13 November 2006. Tapi sekarang, tahun ke-4 pasca insiden tersebut, semua perasaanku pada si kakak berangsur-angsung hilang. BECAUSE HIS MISTAKE (bukan salah paham lagi!). Kalau nggak, mungkin aku sekarang jadian sama dia kali ya… hhehe (PD banget). So, dia nglakuin apalagi dong? Salah paham lagi kah? jawabannya RAHASIA. Yang jelas kali ini bener-bener telak kesalahannya yang menyebabkan aku harus pergi jauh darinya.
Ya sudahlah guys, itu tadi petikan kisah klasik gue… so pasti about my first love! :)
So, do you have testimonial? Or different story? Let share… !!:)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar