Senin, 15 April 2013

Follow Up

banyak hal perlu penindaklanjutan untuk mencapai hasil yang memuaskan. itu terkait dua orang atau lebih yang saling berkaitan untuk kepentingan yang sama atau minimal kepentingan kita yang melibatkan orang lain di dalamnya sehingga kita memerlukan bantuannya. untuk memperoleh bantuannya maka kita harus memfollow up orang yang kita mintai bantuan.... nah pertanyaannya..
perlu nggak sih follow up itu? 

katanya sih perlu... ya emang perlu... perlu banget malah ketika sesuatu hal atau seseorang itu harus di follow up terkait hal-hal yang sedang kita cari atau perlukan. tapi, follow up menjadi tidak perlu ketika seseorang itu sudah terbiasa tanggap sama keadaan, misalkan ketia dia ditanyai sesuatu kemuadian masuk ke daftar waiting list tanpa ditanyain pun di sudah langsung ngasih feedback, tapi kan orang seperti itu langka, kalaupun ada mungkin hanya beberapa orang per seratus persen. hahaha. makanya follow up masih sangat perlu.

oke, nggak memungkiri, orang mudah lupa (entah sengaja atau tidak sengaja), terlalu sibuk, cuek atau malah mangkir -___- ini juga yang membuat "lagi-lagi" follow up masih sangat perlu.

follow up juga masih diperlukan ketika ekspektasi kita terlalu tinggi. misal suatu ketika kita sangat percaya sama seseorang dalam melakukan tugasnya atau apapun yang berkaitan sama harapan-harapan kita kepada seseorang itu, bukan lantas dibiarkan begitu saja, seberapapun kita percaya tetep harus di follow up untuk mengetahui perkembangannya, pengecualian jika yang kita follow up marah-marah ga jelas ketika di follow up, ngeyel read:ngotot, menyepelekan, sebaiknya di diemin ~ eh didiemin sampe kapan? 
sampai emosinya mereda? kalau eosinya nggak reda gimana? kalo malah kita yang lupa gimana? kalau bahkan untuk tanya sebutir kata aja kita takut gimana (takut yakni orang yang mau di tanyain itu nyeremin, sedangkan kita adalah tipe orang yang sabar hampir ketakutan, hahaha)? sudah biarin aja... percaya dulu saja padanya, kan awalnya percaya... is this right? ENGGAK. 
seberapapun percaya, seberapapun takut... tetep harus di follow up, memang berhubungan dengan orang yang kemampuannya lebih tinggi dari kita atau berkemampuan sama tetapi cenderung menyepelekan atau merendahkan kita, pasti dia merasa bisa melakukan segalanya tanpa di follow up dan itu yang membuat kita percaya, tapi yakinlah, apapun atau siapapun yang berhubungan sama kita untuk kedepannya tetap perlu di follow up, seberapapun menyakitkan perlakuan dan tutur katanya, seberapapun kita takut menyinggung perasaannya, dan kita takut hal-hal yang mau kita follow up justru nggak dikerjakan, tetap perlu dan harus di follow up. ingat konsesuensi memfollow up adalah menunggu, sakit hati, kecewa, trauma... maka dari itu perlu kesabaran super ekstraaa~

saya dulu pernah dapet materi yang intinya tipe-tipe pekerja atau anggota dari suatu struktural. nah disitu di jelaskan ada tipe orang yang bisa bekerja tanpa di suruh alias bisa jalan sendiri, ada yang selalu harus di kontrol dan di follow up terus-menerus, ada yang perlahan jarang namun pasti tetap perlu di follow up, dsb.... tapi menurut saya semua hal tetap perlu follow up KECUALI dengan kesadarannya orang yang seharusnya kita follow up segera ngasih feedback terhadap hal yang kita cari atau butuhkan tanpa kita tegur dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. orang seperti itu langka, sangat langka, bahkan saya sering menduga mungkinkah ada orang seperti itu disekeliling saya? ternyata tidak kawan, ekspektasi saya terlalu tinggi, rasa percaya saya sama orang lain terlalu tinggi... mereka tidak seperti itu, maka konsekuensilah yang harus saya terima. oleh karena itu follow up masih sangat perlu, apapun siapapun betapapun ekspektasi baik kita pada seseorang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar