“Mau usul ya... gimana kalo sebaiknya
posisi ini nggak satu kelas aja karena.... –bla bla blaaa— tapi, nggak apa-apa sih kalo
mereka merasa mampu melaksanakan tugasnya, tapi apa nggak sebaiknya..........
(alasan, argumen, pendapat) –sampai titik yang sangat persuasif-.”
“Oh iya mungkin
begitu saja....” forum memutuskan.
“Sebentar, saya mau
tanya gimana menurut kamu (yang bersangkutan)?”
“Gimana apanya ya?” #nggak
ngeh, syok abiss
“Ya gimana menurut
kamu kalo....” ucapan yang ngga
diteruskan itu sangat ambigu.
Meskipun semua telinga terbuka lebar menanti sebuah jawaban dari mulut
kecil itu, ia masih gemetar untuk menjawab yang apabila dia jujur dia tidak
akan mampu mengatakan kata “tidak apa-apa”
dan mengembangkan senyum dibibir yang biasa ia lakukan.
Akhirnya dengan beban dihatinya ia berkata lirih “oh ngga apa-apa kok” dan
memberikan senyum di ujung bibir yang tertahan pening di kepalanya.
Semuanya seolah nggak ada yang
terjadi, seolah berjalan dengan semestinya dan forumpun berlanjut seiring
berputarnya waktu.
Dia tertunduk lesu di tengah adu argumen yang bejalan bersama hembusan
napasnya yang sempat tersengal dan badannya yang gemetar. Seolah ia berada di
tengah keramaian yang kehadirannya bagai debu usang yang tak kasat mata.
*Tiga bulan yang lalu....
“Eh, kamu sama si
bunga-namadisamarkan- jadi panitia kegiatan ya?”
“Haah?! Mmm.. iya... iya...”
ragu namun pasti.
“kamu mau diposisi yang mana?”
Belum sempat menjawab
“diposisi ini aja yaa?!”
“oh iya deh” suara jawaban yang
kaget namun mantap. Bismillah, insyaAllah bisa berkontribusi dengan baik dan
maksimal.
Seakan dunia tidak percaya pada gadis itu, beribu pertanyaan muncul
dari rekan-rekannya,
kenapa harus gadis itu, apa
kelebihannya, apa kontribusinya sampai bisa pada posisi itu, apa yang dilihat
dari gadis labil dan cuek itu????????????
Mungkin tak sedikit dari mereka yang ragu, tak percaya, bahkan
meremehkannya. Memandang sebelah mata kemampuannya.
Begitu juga gadis itu, ia juga tak percaya pada kenyataan yang ada. “Subhanallah, aku masih
pantas menerima suatu amanah...” bisiknya dalam hati. Ia memang tak terlalu
percaya diri, namun ia selalu berusaha menjalankan amanah yang diberikan
padanya dengan baik dan semoga sesuai harapan orang yang mempercayakannya.
Bersama tanggung jawab yang ia mulai pikul, terselip ucapan syukur
pada Yang Maha Kuasa karena ia telah diberi suatu amanah yang berharga
dimatanya, lahan pembelajaran dan ibadah untuknya. Terpanjat doa dan harapan
agar amanah yang dia emban bisa dia selesaikan dengan baik sesuai harapan
rekan-rekannya.
Binar diwajahnya seakan tak pernah padam oleh sang waktu, saat ia
ingat, Tuhan memilihnya melalui orang “itu” dan organisasi “itu” yang
menjadikannya terpilih mengemban suatu amanah penting. Yang seolah membuktikan
eksistensi gadis itu memang nyata, bukan sekedar perilaku yang hanya bisa
dilihat oleh mata.
*Namun saat ini.....
Dia terjatuh ia terlepas dari tanggung jawabnya. Dia tertunduk dan tak berdaya. Bersama linangan air mata dan perihnya
relung jiwa ia berusaha ikhlas dan tegar. Perlahan ia panjatkan untaian doa..
“Semoga
ini jalan terbaik untukku, Tuhan meringankan tanggung jawabku, Tuhan tak ingin
mempekerjakanku pada pekerjaan yang tak mashlahat bagiku dan mengorbankan
kemashlahatan umat, Tuhan akan memberikan pekerjaan yang lebih baik dan lebih pantas
bagiku nanti........ semoga acaranya sukses”
Tuhan sedang merangkulnya, membisikkan sebuah pelajaran penting
baginya....
segala kemungkinan bisa terjadi, bersyukurlah dan tetap belajarlah!!
Orang bisa dengan gampang tidak mempermasalahkan hal ini, karena mereka memang tidak berada pada posisi ini. namun jika mengalami sendiri, kejadian ini seperti saat terjatuh dari awan ke lembah bumi persinggahan. saat tugas telah selesai dikerjakan, saat keringat sudah banyak terkucurkan, saat waktu telah rela diberikan, saat semua lelah ikhlas disimpan, semua menjadi percuma dihempas satu gagasan yang seharusnya perlu dipertimbangkan. bukan sia-sia, karena nggak ada amalan yang sia-sia, hanya menyakiti jiwa yang mengalaminya. meskipun gadis itu bersikap dewasa, biasa, dan sewajarnya, tak adakah yang memahami kemelut jiwanya, mampu berempati padanya??!
Mungkin ini adalah jawaban Tuhan bagi pertanyaan rekannya tiga bulan yang lalu...
kenapa harus gadis
itu? Ia pantas diberi peringatan,
saat ia berada di atas awan kebahagiaanya, dia tidak boleh lupa pada semua
kemungkinan yang bisa terjadi.
apa kelebihannya? Ia mau berusaha maksimal tanpa mengeluh
pada diri sendiri meskipun ia sering terdengar mengeluh pada temannya, namun
sebenernya ia bahagia diberi kepercayaan, bisa membantu orang lain... belajar bertanggung jawab pada pilihan
apa kontribusinya sampai bisa pada posisi itu? Hanya
sebagian orang yang bisa melihat ketulusan, pengorbanan, loyalitas dan
kegigihannya, karena memang kemampuan publishingnya rendah
apa yang dilihat
dari gadis labil dan cuek itu? Wallahua’lam.
Aku terjatuh .... aku terjatuh lagi
dalam pelukMu... Tuhan. --NP:AkuTerjatuh-ST12--
berusaha tersenyum lebaaaar :D
apapun yang diberiNya adalah nikmat yang wajib di
syukuri :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar