Sebenarnya siang ini saya berminat posting sesuatu, tapi berhubung
saya pengen menundanya sampai akhir ujian blok nanti, akhirnya saya nggak jadi
nulis. Tapi tiba-tiba.... terlintas dalam pikiran saya berbagai inspirasi yang
sudah mengoyak-oyak untuk saya tumpahkan.... mungkin dalam “label pengAKUan” ^.^
Saya terbisa sendiri.
Memang nggak semua hal bisa saya lakukan sendiri. Bahkan mungkin hanya
sebagian kecil. Tapi... saya terbiasa sendiri.
Kebiasaan itulah yang membuat saya terbiasa, nyaman untuk melakukannya.
Kenapa? Karena di dunia ini siapa lagi yang bisa diandalkan selain
diri sendiri? Teman? Terkadang, mereka tidak ada saat kita butuhkan. Kalaupun
ada, mereka punya masalah yang lebih membutuhkan tenaga diri mereka sendiri.
Bukan bermaksud untuk overidealist, tapi sadarilah, yang melakukan semua
pekerjaan dari lahir sampai mati nanti, diri sendirilah yang memegang peranan
penting.
Jadi masih ragukah mengandalkan
diri sendiri? Masih beranikah bersembunyi di balik keringat orang lain?
Munafik memang kalo menampiknya, taulah kita tuh makhluk sosial yang
ngga bisa hidup tanpa orang lain. Tapi kita juga makhluk individu, yang
seharusnya mampu melakukan berbagai sesuatu.
Saya menyadari, kebiasaan sendiri ini sebenarnya nyesek bagi saya.
Tiap ada kerjaan saya lakukan sendiri, perasaan yang saya punya saya nikmati
sendiri, senang sedih kecewa gembira saya jalani sendiri. Inilah yang bikin
saya terbiasa.
Sejak kelas 3 SD, yang saya ingat
#bagaimana bisa terlupakan pengalaman pertama yang seterusnya memengaruhi hidup
saya.
Bayangkan, anak berusia sembilan tahun yang seharusnya mengalami fase
industry(erick erickson,psikososial)
dimana perkembangannya untuk saling berbagi dan bekerjasama dengan orang lain tapi
ia rasakan seorang diri.
Yups, saya juga mulai nulis sejak umur sembilan tahun.
Biasalah anak jaman dulu nulisnya ya di buku diary, kalo sekarang kan ada
twitter,facebook,ym atau yang sekarang ini saya lakukan, posting di blog.
Dulu jangankan akun sosial, namanya komputer aja belum paham. Maklum rumahku di
pedalaman :D
Ssstt, kenapa kok jadi ngomongin kapan saya mulai nulis ya? Soalnya
dimana saya mulai nulis disitulah awal "kesendirian" saya. Bahasa elite nya kemandirian saya :p
Dulu saya mencurahkan isi hati saya di sebuah buku mini kecil berwarna
pink gambar barbie pemberian orang tua saya. Itu merupakan kado berharga yang
pasti everlasting, sampai tua nanti
disitulah awal pribadi saya. Cara saya menyampaikan pikiran dan hati saya pada
orang lain #rahasia lho ya rahasia! ------------ rahasia umum x)
Well, karena pribadi saya yang terbiasa sendiri itulah, muncul
pencitraan pada diri saya
introvert
Sebagian besar teman saya, bahkan orang tua saya mengiyakan pribadi
saya itu. Ngga bermaksud nutup diri dari orang lain, hanya karena saya terbiasa
sendiri itulah, apapun yang terjadi pada diri saya menjadi saya sendiri yang
tahu, saya simpan sendiri. Padahal kalo ada yang tanya, saya dengan senang hati
akan menjawab, tapi mungkin pencitraan saya itu terlalu melekat kuat di diri
saya ya. Introvert, bersyukur ajalah saya punya ruang privasi hahahah #tapi kok
kayaknya hampir semua hal ya.
Nggak kok, malah sekarang di bangku kuliah saya lebih terbuka, minta
bantuan teman #paling sering, curhat ke orang tua bahkan cuap-cuap ke seluruh
pengguna internet di dunia #hobi gan! ^.^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar