Rabu, 18 April 2012

Sendiri


Sebenarnya siang ini saya berminat posting sesuatu, tapi berhubung saya pengen menundanya sampai akhir ujian blok nanti, akhirnya saya nggak jadi nulis. Tapi tiba-tiba.... terlintas dalam pikiran saya berbagai inspirasi yang sudah mengoyak-oyak untuk saya tumpahkan.... mungkin dalam “label pengAKUan” ^.^

Saya terbisa sendiri.
Memang nggak semua hal bisa saya lakukan sendiri. Bahkan mungkin hanya sebagian kecil. Tapi... saya terbiasa sendiri. Kebiasaan itulah yang membuat saya terbiasa, nyaman untuk melakukannya.

Kenapa? Karena di dunia ini siapa lagi yang bisa diandalkan selain diri sendiri? Teman? Terkadang, mereka tidak ada saat kita butuhkan. Kalaupun ada, mereka punya masalah yang lebih membutuhkan tenaga diri mereka sendiri. Bukan bermaksud untuk overidealist, tapi sadarilah, yang melakukan semua pekerjaan dari lahir sampai mati nanti, diri sendirilah yang memegang peranan penting.
Jadi masih ragukah mengandalkan diri sendiri? Masih beranikah bersembunyi di balik keringat orang lain?

Munafik memang kalo menampiknya, taulah kita tuh makhluk sosial yang ngga bisa hidup tanpa orang lain. Tapi kita juga makhluk individu, yang seharusnya mampu melakukan berbagai sesuatu.

Saya menyadari, kebiasaan sendiri ini sebenarnya nyesek bagi saya. Tiap ada kerjaan saya lakukan sendiri, perasaan yang saya punya saya nikmati sendiri, senang sedih kecewa gembira saya jalani sendiri. Inilah yang bikin saya terbiasa.
Sejak kelas 3 SD, yang saya ingat #bagaimana bisa terlupakan pengalaman pertama yang seterusnya memengaruhi hidup saya.
Bayangkan, anak berusia sembilan tahun yang seharusnya mengalami fase industry(erick erickson,psikososial) dimana perkembangannya untuk saling berbagi dan bekerjasama dengan orang lain tapi ia rasakan seorang diri. 
Yups, saya  juga mulai nulis sejak umur sembilan tahun. Biasalah anak jaman dulu nulisnya ya di buku diary, kalo sekarang kan ada twitter,facebook,ym atau yang sekarang ini saya lakukan, posting di blog. Dulu jangankan akun sosial, namanya komputer aja belum paham. Maklum rumahku di pedalaman :D

Ssstt, kenapa kok jadi ngomongin kapan saya mulai nulis ya? Soalnya dimana saya mulai nulis disitulah awal "kesendirian" saya. Bahasa elite nya kemandirian saya :p
Dulu saya mencurahkan isi hati saya di sebuah buku mini kecil berwarna pink gambar barbie pemberian orang tua saya. Itu merupakan kado berharga yang pasti everlasting, sampai tua nanti disitulah awal pribadi saya. Cara saya menyampaikan pikiran dan hati saya pada orang lain #rahasia lho ya rahasia! ------------ rahasia umum x)

Well, karena pribadi saya yang terbiasa sendiri itulah, muncul pencitraan pada diri saya
introvert
Sebagian besar teman saya, bahkan orang tua saya mengiyakan pribadi saya itu. Ngga bermaksud nutup diri dari orang lain, hanya karena saya terbiasa sendiri itulah, apapun yang terjadi pada diri saya menjadi saya sendiri yang tahu, saya simpan sendiri. Padahal kalo ada yang tanya, saya dengan senang hati akan menjawab, tapi mungkin pencitraan saya itu terlalu melekat kuat di diri saya ya. Introvert, bersyukur ajalah saya punya ruang privasi hahahah #tapi kok kayaknya hampir semua hal ya.

Nggak kok, malah sekarang di bangku kuliah saya lebih terbuka, minta bantuan teman #paling sering, curhat ke orang tua bahkan cuap-cuap ke seluruh pengguna internet di dunia #hobi gan! ^.^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar